Kunci Meraih Hidup Bahagia Dunia dan Akhirat - Menggali Pijar Cahaya Qur’ani
Aripinrit Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Generasi salafusalih selalu berpegang pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Mereka menganggak Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai bayangan yang
selalu menyertai dirinya. Sehingga mereka tidak menjadikan dirinya sebagai
tumpuan ummat sebelum benar-benar menguasai ilmu syari’ah dan disiplin ilmu
agama yang lain.
Dalam memberikan fatwa dan keputusan, mereka selalu
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah serta dalil-dalil lain yang kuat, pasti dan
jelas. Imam Abu Qasim Al-Janaid berkata : “Kitab suci Al-Qur’an adalah induk
dari segala kitab yang sangat luas cakupannya. Sebagai tuntunan, Al-Qur’an
merupakan tuntunan yang paling jelas dan detail.
Barang siapa tidak membaca Al-Qur’an, tidak menjaga Sunnah
Nabi dan tidak memahami makna yang terkandung di dalamnya, maka ia akan
merasakan kesulitan dalam mengikuti jalan yang ditempuh oleh para Salafussalih.”Beliau
mengatakan : “Ilmu itu tidak turun dari langit melainkan dicari dan dipelajari,
karena Allah telah menciptakan segala sesuatu, jalan untuk sampai pada tujuan
tersebut.
Jika kalian melihat seseorang menyampaikan nasehat,
janganlah kalian mengikuti sehingga melihat, bahwa ia benar-benar taat terhadap
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nnya. Jika itu ada padapanya, maka yakin
dan ikutilah.
Tapi jika tidak, maka jauhilah.” Menurut pendapat saya,
mencari manusia pengamal kandungan Al-Qur’an
dan As-Sunnah bukanlah pekerjaan mudah, banyak manusia mengikuti yang
tidak memiliki ‘kaki’ dan berjalan pada jalan tarekat.
Mereka mengungkapkan kata-kata tidak berguna dan sama
sekali tidak berdasarkan pada ajaran Al-Kitab dan As-Sunnah. Mereka lebih
menyukai bepergian dan meminta uang kepada para penguasa setempat.
Suatu hari diantara mereka datang dan merayu saya, lau
saya bertanya kepadanya : “Beri tahu saya tentang syarat-syarat wudlu dan
Shalat?” dia menjawab “Aku tidak membaca apapun ketika belajar” lalu saya
berkata padanya : “Wahai saudaraku, memperbaiki Ibadah dari nas Al-Qur’an dan
Hadits adalah Wajib hukumnya, dan barang siapa tidak membedakan antara wajib
dan sunnah, haram dan makhruh maka dia termasuk orang bodoh.
Orang bodoh tidak boleh diikuti, dalam persoalan apapun.”
Dia membisu dan tidak memberikan jawaban. Dia telah memperlakukan saya dengan
budi pekerti buruk, dan saya hanya berharap kepada Allah semoga terhindar
darinya.
Ali-alKhawas berkata : “Ahli tarekat mestinya harus
memurnikan Al-Qur’an dan Sunnah Seperti murninya emas dan mutiara. Setiap gerak
dan diam mereka diiringi oleh niat soleh dan selalu berdasarkan pertimbangan
syar’i. Tidak ada yang bisa memahami
jalan fikirannya selain orang yang telah mendalami ilmu syari’ah.”
Sebuah kebohongan besar, kalau ada orang mengatakan bahwa
tarekat sufi tidak memiliki landasan di dalam Al-Kitab maupun Sunnah. Ucapan itu
merupakn tanda terbesar banyaknya kebodohan. Hakekat sufi adalah orang yang
berilmu dan melaksanakan ilmunya dengan ikhlas serta menjadikan Allah sebagai
tujuan akhir yang ingin dicapai dengan cara mujhadah, puasa, shalat malam,’uzulah
diam, wara, zuhud dan lain sebagainya.
Sehingga mereka berharap akan mampu melaksankan ibadah
seperti ibadahnya para Nabi, sahabat dan para salafussalih.
Terlau sedikit manusia yang dapat mengamalkan ajaran
para sufi, karena otak mereka mengira bahwa tarekat itu bertentangan dan keluar
dari syari’at. Sebagaimanya dijelaskan dalam kitab Minhajul Mubin (kisah ahklk manusia arif).
Posting Komentar untuk "Kunci Meraih Hidup Bahagia Dunia dan Akhirat - Menggali Pijar Cahaya Qur’ani"
Silahkan tinggalkan komentar agar kami lebih baik.