Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keterpurukan Pola Fikir Sekte Salafi Garis Miring Dalam Konsep Ketaatan Pada Penguasa



Disadari atau tidak, suka atau tidak, Kelompok Salafy terbagi menjadi dua kubu besar; ada salafy garis lurus dan ada salafy garis miring.

Salafy garis lurus hanya menjadikan Allah & Rasul sebagai hakim segala problematika kehidupan, menteladani kaum Salaf bukan hanya AQIDAH tetapi juga Akhlaq nya.


Berlemah lembut pada sesama kaum muslimin tetapi keras kepada kafirin dan munafiqin. Senantiasa menjaga Ukhuwwah Islamiyyah dan toleransi pada perbedaan pendapat yang bersifat Furu’iyyah.

Sedangkan Sekte Salafy garis miring (yang lebih pantas disebut Talafy / Kaum perusak) jauh terpuruk dalam keterbelakangan ilmu dan intelektual serta cara pandang. jumud, primitiv, dan cenderung tidak realistis.

Kata mereka, people power itu haram. demonstrasi itu haram dan dosa. Segala tindakan dan aksi damai turun ke jalan melawan kezhaliman pemerintah itu bukan manhaj Ahlus Sunnah. Ahlus Sunnah itu patuh taat pada pemerintah. Ini “barang dagangan” mereka dari masa ke masa.

Diantara Hujjah/argumentasi mereka adalah hadits-hadits Nabi yang memerintahkan untuk tetap mendengar dan taat pada Penguasa / Pemerintah walaupun zhalim.

Sebagaimana teladan Imam Ahmad Bin Hanbal dimana beliau di zhalimi oleh penguasa di zamannya tetapi beliau tetap Mendengar & Taat dan tidak mengajak Ummat Untuk Memberontak Penguasa saat itu.

Alhasil, sekte Salafy Garis miring ini memvonis semua fihak yang menentang pola fikirnya dengan sebutan Khawarij, Hizbi, Sesat, Anjing Neraka, dll. Yang benar dan berhak maduk surga hanya dia dan kelompoknya.

Betul bahwa Imam Ahmad tidak memberontak pada penguasa zhalim di zamannya. Karena Imam Ahmad tidak sudi mengabulkan permintaan penguasa yang memaksakan bahwa Al-Qur’an itu makhluq. Jawaban beliau hanyalah yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah yaitu : Al-Qur’an adalah Kalam Allah. Beliau tidak menyembunyikan ilmu, tidak pula bertaqiyyah seperti Syi’ah.

Beliau berani menampakkan yang benar yang sesuai sabda Nabi:

أفضل الجهاد إلى الله كلمة حق تقال لإمام جائر

“Jihad yang paling Afdhal disisi Allah adalah mengatakan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim”

(H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).

Akhirnya, Imam Ahmad ditangkap oleh penguasa zhalim waktu itu (Al-Mu’tashim, Al-Makmun, dan Al-Watsiq). Beliau dipenjara, di cambuk, di siksa. Tapi Imam Ahmad Tidak Memberontak Penguasa dan tidak pula mengkafirkannya, karena :

·         Kezhaliman penguasa saat itu disebabkan salah takwil terhadap nushus syariat (teks-teks syariat). Bercokol syubhat dalam diri penguasa (yaitu Syubhat Mu’tazilah). Sehingga dengan adanya Syubhat tersebut menjadi penghalang di kafirkan (mawani’ takfir)

·         Imam Ahmad tidak memberontak karena: sejahat-jahatnya penguasa saat itu, mereka Berhukum Dengan Hukum Allah. bukan hukum Jahiliyyah. Dizaman Imam Ahmad, para Khalifah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai undang-undang. Maka berdasarkan Sabda Nabi, wajib mendengar dan taat pada penguasa zhalim. Dengan syarat : Selama Dia Berhukum Dengan Hukum Allah (syariat islam).

Tentu berbeda dengan pemerintahan saat ini dimana pemerintahan saat ini disamping tidak berhukum dengan Syariah Yang Kaffah, juga melegalkan prostitusi, judi, dan cenderung melindungi para koruptor.

Maka pantaslah Rasulullah mendoakan para penguasa itu dengan do’a :

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ

(أحمد ، ومسلم عن عائشة)

“Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia. (HR Ahmad dan Muslim dari Aisyah).

Ustadz Maaher At-Thuwailibi. Wallahu A’lam.

Posting Komentar untuk "Keterpurukan Pola Fikir Sekte Salafi Garis Miring Dalam Konsep Ketaatan Pada Penguasa"