Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Seni di Kritik di Bully



Tidak lama setelah menjadi gubernur Jakarta, Pak Anies menemui seorang wartawati yang sedang bermain piano. Pak Anies mengapresiasi wartawati tersebut, mengajak bicara dan berdiskusi tentang seni bermain piano.

Setelah kawasan trotoar Sudirman Thamrin selesai dirapihkan, Pak Anies terlihat santai sore hari bersama beberapa anak muda yang sedang bermain musik di kawasan itu. Ikut menikmati kreativitas seni anak muda, berbicara dan berdiskusi dengan mereka yang ada di tempat itu.

Beberapa hari ini Pak Anies menjadi gunjingan banyak orang, nyinyir dan tidak sedikit malah yang melakukan pelecehan gara - gara seni juga. Ya, seni bambu yang terpajang di kawasan Sudirman Thamrin. Mereka sinis mengatakan ratusan juta rupiah hanya untuk bambu.

Padahal mereka yang sinis itu belum tentu bisa membuatnya atau mungkin belum tentu tahu memanfaatkan bambu dengan benar. Mungkin yang ada di otak mereka itu bambu untuk pagar, bambu untuk kayu bakar, atau bambu hanya sampah. Bodoh mereka itu.

Filosofi seni itu bukan pada material atau bahan untuk mencipta sebuah karya seni, atau lamanya produk seni itu dinikmati. Filosofi seni itu ada pada imajinasi si pembuat karya yang diwujudkan dalam sebuah bentuk karya nyata yang tidak bisa diukur dengan nilai uang.

Karya seni itu bukan seperti produk pabrikan yang dapat dihasilkan massal dan bisa dihargakan yang lebih murah, bisa dijangkau oleh kemampuan individu masyarakat. Kita harus mengerti dulu tentang sebuah seni.

Kalau dasarnya adalah karena sinis dan kebencian terhadap karya seni, tidak ada yang bisa diperbaiki, dan tidak juga perlu untuk ditanggapi.

Seni tidak pernah berbohong, manusianya yang berbohong terhadap seni, karena mereka sangat lihai dengan seni berbohong...

By
Om Parluhutan Simandjuntak

1 komentar untuk "Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Seni di Kritik di Bully"