Inspirasi Aku Mahasiswa Miskin, Tidak Bisa Bayar Uang Transport di Jerman
Ini terjadi saat aku
ambil Master-ku ke dua di Universität Hamburg. Sayang karena Bahasa Jerman-ku
buruk kontrak kerjaku di Perusahaan Telekom Jerman tidak diperpanjang. Oh ya,
Master-ku yang pertama dalam Bahasa Inggris.
Untuk cari pekerjaan
baru tidak mudah dalam waktu mepet karena terkait urusan visa. Dulu untuk
dapatkan Visa Kerja di Jerman amat sangat tidak mudah (tidak seperti sekarang
yang relatif Jerman open pada ekspatriat)
Aku dilema: pulang
ke tanah air dengan berbekal 1 Master plus Pengalaman Kerja 1 tahun di Telekom
Jerman atau nekat bertahan di Jerman tapi tidak punya uang.
Kuputuskan nekat
tetap di Jerman (itu terjadi tahun 2004 / 05). Agar visa-ku diperpanjang maka
aku ambil Master ke-2 di HWP Hamburg (sekang merger dengan Universität
Hamburg). Jadilah dapat perpanjangan visa untuk tetap tnggal di Jerman.
Nah, masalah muncul
terkait biaya Transportasi. Disini biaya transportasi untuk ukuran mahasiswa
kere TIDAK kecil dan saat itu Kampusku HWP Hamburg tidak sediakan Semester
Ticket untuk Student. Jadilah per bulan bayar Tiketnya (kalau tidak salah) 60
atau 80 Euro untuk kota Hamburg.
Ini berat buatku
yang tidak punya pemasukan saat itu. Akhirnya aku memutuskan tidak bayar Tiket.
Toh relatif aman karena jarang diperiksa (dulu jarang diperiksa karena orang
asing tidak banyak sekali, kalau orang Jerman mah jujur dalam beli tiket jadi
pemeriksaan jarang). Aku bener - benar tidak punya uang saat itu, karena kutahu
jarang diperiksa maka aku pun milih "cheating", tidak beli tiket.
Memang kemiskinan
itu dekat dengan kecurangan karena terpaksa.!
Nah., temen Jermanku
(kami kenal saat kuliah di Master yang pertama) tahu aku curang karena aku
cerita. Itu baru kulakukan paling baru 1 mingguan.
Kita ngobrol:
Alasanku, toh perusahaan KA Jerman nan raksasa ini tidak bakal rugi hanyak
karena aku tidak bayar tiket beberapa bulan saja sampai aku dapat kerja. Aplagi
masih banyak tempat kosong di Kereta Api (KA). Kalau aku masuk tanpa bayar ra
bakal pengaruh. Lagian ini sementara sampai aku dapat kerja (serabutan)
sehingga ada pemasukan.
Lah Jawab temen
Jermanku asyik banget:
Fer, bisa dipahami
kesulitanmu. Hanya kalau semua orang punya pikiran sepertimu maka sistem baik
yang kita bangun ini rusak. Ini ibaratnya kamu haus, kamu butuh air. Kita naik
kapal di tengah danau yang indah. Karena kapal besar, lalu kamu pikir dengan
membolongkan sedikit lobang sehingga air danau masuk maka kamu bisa minum.
Kamu pikir aman saja
cuma lobang kecll sementara kapal ini besar dan kokoh. Hanya jika semua orang
berpikiran seperti kamu maka kapal ini karam. Kami bisa bangun kapal besar ini
justru dengan susah payah sehingga bisa dinikmati bersama, karena kami tidak
berpkiran sepertimu.
Wah aku malu
dibegituin. Aku cuma diam karena memang aku tidak punya uang saat itu.
Hanya dia kasih
solusi :
Fer, kamu tuh cuma
kesulitan likuidasi sementara. Begitu kamu agak lancar Bahasa Jerman mu maka
kamu pasti bisa dapat kerja jadi Kasir atau di Restoran lalu akan dapat uang.
Itu sebentar aja kamu pasti bisa.
Apalagi kalau Bahasa
Jerman mu makin bagus, kamu pasti akan kerja dengan Professormu jadi asisten
dan uangnya lebih dari cukup untuk mahasiswa. Syukur nanti bisa apply kerja
jadi Konsultan karena kamu kan lulus Master bidang SAP cuma punya masalah
Bahasa Jerman dan tidak punya uang.
Nah, kesulitan
likuidasimu kupinjami uang untuk bayar Tiket KA. Nanti paling dalam bulan kamu tidak
akan kesulitan lagi karena sudah pasti dapat pemasukan.
Lalu dipinjamin lah
uang untuk beli Tiketku. Aku pun berhenti "melubangi" kapal karena
hausku. Dan kapalku terus bisa berlayar karena Kapal itu tidak cuma dijaga oleh
petugas, tapi oleh seluruh penumpangnya agar kapal tersebut tetap berlayar
memberikan pelayanan keseluruh penumpangnnya.
Begitu mindset Orang
Jerman untuk menjaga semua yang mereka bangun dengan susah payah. Cara pikir
masyarakat yang menjaga sistemnya dengan benar inilah aku belajar banyak dari
mereka. Sejak itu "cheating" sekecil apapun bahkan cuma urusan
nyerobot antrian, atau ngepek ujian atau apapun tidak pernah lagi kulakukan
sampai sekarang termasuk kuajarkan ke kedua putriku.
Posting Komentar untuk "Inspirasi Aku Mahasiswa Miskin, Tidak Bisa Bayar Uang Transport di Jerman"
Silahkan tinggalkan komentar agar kami lebih baik.