Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 13
Genre : Misteri Dan Romance
Dunia terlalu kejam.
Aliya bersimpuh di makam Ayahnya. Air mata
seolah tak pernah kering, meski suara tak mampu lagi ia keluarkan.
Saat tiba di rumah sakit, Aliya begitu
terpukul mengetahui sang Ayah telah berada di ruang mayat. Ayah meninggal
karena serangan jantung, saat perjalanan ke rumah sakit pagi tadi. Sungguh,
hatinya hancur kehilangan sosok Ayah.
Ia terus menangis. Para pelayat telah
beranjak satu jam lalu. Abah, Umi, Bibi dan Paman Aliya juga telah pulang
duluan karena hari sudah petang. Hanya Roby yang menemani Aliya di sisi makam
sang mertua. Ia faham betul apa yang sedang di rasakan isterinya.
"Al, kita pulang, yuk.! Sebentar lagi
magrib." Roby membimbing Aliya bangkit dan menuju mobil. Tak ada sahutan
dari Aliya, ia melangkah bagai robot.
Mereka pulang ke rumah Ayah. Saat memasuki
pintu rumah, Aliya berhenti melangkah. Netranya menyapu seluruh sudut ruangan.
Segala kenangan bersama Ayah, seolah berulang di rumah ini. Saat Ayah
menyuapinya makan, memandikannya dulu, bermain di ruang tamu, membentak, dan
saat Ayah menjodohkannya. Semua kenangan itu hadir seolah mengejek kearahnya.
Membuat tangis Aliya kembali pecah dalam dekapan
suami. Hatinya sangat pilu. Rasanya baru kemarin ia melihat Ayah tersenyum saat
mereka menjenguk. Tapi kini, semua telah berakhir. Sekarang Aliya benar-benar
sendiri, tak ada lagi Bunda dan Ayah.
"Sudah, jangan menangis terus."
Roby mengelus punggung isterinya yang bergetar karena menangis. "Sekarang
kita mandi, lalu sholat." Aliya mengangguk.
Setelah selesai sholat magrib dan isya,
Aliya langsung tidur. Usaha Roby membujuknya untuk makan sia-sia. Padahal
seharian Aliya tak makan apapun. Akhirnya Roby menyerah dan ikut berbaring di
sebelah sang isteri.
Pukul 11 malam Aliya terbangun karena ponsel
Roby yang terus berbunyi. Diraihnya ponsel yang terletak di nakas. Banyak
sekali pesan yang masuk. Dengan penasaran ia membuka pesan tersebut.
Halimah.
[Mas, aku tunggu kamu di Cafe Join]
[Ada yang ingin aku bicarakan, penting]
[Jika kamu tidak datang, aku pastikan akan
melakukannya]
[Aku tidak main-main, Mas]
[Ku kira kau cukup mengenalku dengan baik]
[Tapi kenapa kau justru menikahi wanita itu
setelah kau berjanji akan melamarku? Bukankah kau bilang bahwa kau menyukaiku.?]
[Aku tunggu secepatnya]
Bagaikan di sambar petir, Aliya bergetar
membaca rentetan pesan itu. Apa yang terjadi? Siapa wanita itu.? Suka.? Melamar.?
Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Saat melihat Roby terusik, Aliya
cepat-cepat membaringkan tubuhnya kembali. Setelah Roby membaca pesan itu, ia
terlihat khawatir dan dengan langkah seribu mengambil kunci mobil lalu pergi.
Aliya tak tinggal diam. Setelah memesan
taxi, ia bergerak mengikuti suaminya dari belakang. Apa sebenarnya yang
terjadi, Mas.? Apa yang kau sembunyikan dariku?....
Saat tiba di sebuah Cafe, tidak, ini justru
seperti Bar. Aliya turun setelah membayar taxi. Apa yang kau lakukan di tempat
seperti ini, Mas?....
Saat akan masuk, langkahnya terhenti ketika
melihat Roby tengah memapah seorang wanita yang terlihat tidak sadarkan diri.
Seperti orang mabuk. Wanita itu ... Halimah. Tapi kenapa pakaiannya sangat
minim dan terbuka.
Sungguh, hati Aliya remuk melihat suaminya
memeluk erat pinggang wanita lain. Terjawab sudah teka-teki perubahan sikap
Roby selama ini. Karena Halimah, wanita yang ia sukai. Aliya tak tahu, apakah
ia egois jika tak suka melihat suaminya dekat dengan wanita lain. Dengan
langkah ragu, ia menghampiri Roby.
"Kakak." Dengan penuh derai air
mata Aliya mendekat.
"A- Aliya. Kenapa kau di sini.?"
Roby terlihat kaget melihat Aliya yang tiba-tiba muncul di hadapannya dengan
air mata. Sadar saat melihat Aliya menatap wanita yang direngkuhnya, Roby
meminta petugas Bar untuk mengmbil alih Halimah dan memintanya untuk mengantar
ke rumah wanita itu.
"Al, kenapa kau ada di sini.?"
Aliya menatap tajam Roby, tak percaya Roby menanyakan hal sekonyol itu.
"Bukannya aku yang harusnya bertanya,
kenapa Kakak ada di tempat seperti ini.? Siapa wanita itu.? Apa dia wanita yang
kau cintai.?" tanya Aliya dengan tegas meski masih berderai air mata.
Sorot mata Aliya menghujam Roby.
"Al, ini tak seperti yang kau fikirkan.
Percayalah," suara Roby memelas, berharap Aliya bisa percaya dengan
ucapannya. Dengan lembut ia genggam tangan isterinya yang gemetar.
"Maksud Kakak, lebih buruk dari yang
Aku fikirkan, begitu?" Sungguh, saat ini ia benar-benar kecewa. Ditepisnya
kasar tangan yang selama ini selalu memeluknya. "Aliya gak nyangka Kakak
sejahat ini. Disaat Aliya butuh kekuatan, Kakak malah pergi dengan wanita lain.
Apa salahku, Kak?" Kembali ia terisak pilu, sakit didada seolah tersayat
benda tajam.
Sedangkan Roby hanya tertunduk, menyesali
kesalahannya. Seharusnya ia tetap bersama Aliya, melewati masa-masa sulit
setelah kepergian sang mertua. Tapi ia justru menemui wanita lain, meskipun ia
memiliki alasan.
Aliya kemudian melangkah pergi. Ia menepis
setiap kali Roby menghentikannya. Tetes air hujan mulai membasahi jalan. Seolah
langit juga merasakan sakit yang Aliya rasakan. Dengan terisak Aliya terus
melangkah menyusuri jalan yang mulai sepi. Tatapannya kosong menahan sakit yang
amat perih. Sedangkan Roby memutuskan mengikuti Aliya dengan mobil dari
belakang.
Aliya terus melangkah, seolah dinginnya
hujan tak terasa baginya. Kulitnya seakan mati rasa, dan tiba-tiba berhenti
disebuah jembatan. Sejenak ia terdiam, lalu mulai bergerak mendekati bibir
jembatan. Roby yang tak habis fikir berlari menghampiri Aliya.
"ALIYA." Dengan sigap ia meraih
tubuh yang hampir terjun bebas. "Apa yang kau lakukan, Al." Dengan erat
dipeluknya tubuh yang lemah itu.
"Aliya capek, Kak. Aliya ingin tidur.
Aliya ingin kumpul sama Ayah dan Bunda. Dunia ini terlalu kejam," lirih
Aliya dengan lemah. Ia tak mampu membalas pelukan Roby.
"Al, jangan bodoh. Apa kau ingin
meninggalkanku.? Aku mencintaimu. Tolong maafkan aku, Al." Roby
mengeratkan pelukannya sambil terisak. Sungguh, hatinya pilu mendengar ucapan
Aliya. Sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan. Ia tak akan bisa kehilangan
Aliya, karena sekarang namanya telah terukir kokoh dihati Roby. Aliya hanya
diam dalam pelukan sang suami. Hingga akhirnya Roby merasa tubuh Aliya bertumpu
penuh padanya.
"Al, bangun Al. Jangan membuatku takut.
Bangun!" Namun tak ada sahutan. Dengan sigap Roby membawa Aliya kemobil
dan kembali ke rumah mereka.
Baca juga : Cerpen Cinta – Penawar MataPart 12
Dengan hati-hati Roby meletakkan tubuh Aliya
diranjang. Lalu membuka lemari, mengambil baju ganti untuk Aliya. Sebenarnya ia
gugup, namun tak mungkin Aliya tidur menggunakan pakaian basah. Akhirnya dengan
mata tertutup ia mengganti pakaian sang isteri.
Setelah selesai, ia kemudian mengganti
bajunya sendiri. Lalu ikut berbaring disisi Aliya.
"Maafkan aku, Al. Maaf karena sering
membuatmu menangis. Aku mencintaimu. Tolong jangan pernah tinggalkan aku."
Dengan lembut dielusnya pipi sang isteri, dadanya dipenuhi rasa bersalah. Lalu
beralih kemata Aliya yang terlihat membengkak karena banyak menangis. Kemudian
mengecup kening Aliya cukup lama, terasa desir indah didada Roby. Lalu ikut
tidur sambil memeluk tubuh mungil isterinya.
#aurora
Bersambung...
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 13"
Silahkan tinggalkan komentar agar kami lebih baik.