Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 2

Caem
Wanita Cantik Muslimah Labuhanbatu Utara


Genre : Misteri Dan Romance

Aliya terus berlari. Dengan derai air mata, sejuta luka dan segudang rasa kesal membuat dadanya terasa kian sesak. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah mini market, menatap kedepan sambil mengucek mata untuk memperjelas pandangan yang buram.

Ya, di depan kembali ia melihat sosok wanita dengan dress hitam selutut. Bukan hanya itu, ia juga melihat beberapa sosok lain yang tak kalah menyeramkan. Menyeringai kearahnya dengan tatapan tajam namun serasa pilu. Wajah yang dipenuhi luka, darah mengalir, bahkan ada yang memiliki tubuh tidak normal. Seolah beberapa tulangnya patah.

"Ya Tuhaaaaan, kenapa mereka selalu menghantui ku?" Gumamnya dalam hati. Seketika merasa kaku dan dingin, ketakutan menjalar di seluruh tubuh. Sesaat tubuhnya terasa ringan. Beruntung ada pria yang dengan sigap menopang tubuh Aliya.

"Hei, kau tidak apa-apa?" Namun tak ada jawaban. Aliya diam dalam heran. Saat pria itu menyentuh tubuhnya, seolah semua sosok tadi ketakutan dan menghilang. "Apa yang terjadi?" Tanyanya dalam hati.

"Hei, kau bisa mendengar ku? Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu lagi

Dengan sedikit terkejut, Aliya membenarkan posisinya. "Eh, eh, iya, kak. Saya baik-baik saja. Terimakasih." Sambungnya sedikit membungkuk dan mundur beberapa langkah.

"Ah, maaf. Saya tak bermaksud menyentuh mu, hanya ingin membantu." Terlihat ekspresi kikuk di wajah pria itu

"Saya mengerti, sekali lagi terimakasih. Saya pamit."

"Baiklah, hati-hati." Setelah itu Aliya langsung beranjak. Membawa banyak pertanyaan di kepala.

"Apa yang terjadi? Kenapa mereka langsung menghilang? Ini tak seperti biasanya? Aneh!" Gumamnya sambil terus berjalan menuju rumah.

"Aliya, darimana kamu?" Tegur Ayah begitu aku sampai dirumah. Tepatnya di ruang tamu.

"Dari luar, Yah." Aku terdiam menghentikan langkah ku.

"Duduk. Ada yang ingin Ayah bicarakan." Aku langsung menuruti perintah Ayah. Ya, karna saat ini aku tidak ingin berdebat.

"Kamu benar-benar tidak ingin kuliah?" Tanya Ayah dengan tatapan tajam. Aku langsung mengangguk.

"Baiklah, Ayah tidak akan memaksa." Perkataan Ayah sukses membuatku mengernyitkan dahi. Kenapa begitu mudah? Pasti ada yang tak beres.? "Tapi kamu harus menikah secepatnya."
Ck, benar dugaan ku.

"Menikah.? Apa maksud Ayah? Aliya belum ingin menikah! Aliya masih 17 tahun, Ayah." Protesku tak setuju.

"Ayah tidak ingin mendengar penolakan. Minggu depan calon mu akan datang." Lagi-lagi Ayah berhasil mengejutkan ku.

"A- apa? Apa maksud Ayah? Calon? Ayah menjodohkan Aliya?" Tanyaku dengan nafas memburu menahan emosi. "Dengan siapa? Anak kolega bisnis Ayah?" Lanjut ku.

"Tidak. Ini tidak ada hubungannya dengan bisnis. Dia laki-laki baik, Ayah yakin dia bisa menjagamu."

"Bagaimana Ayah bisa melakukan ini? Apa Aliya tidak ada artinya bagi Ayah? Kenapa tidak bertanya dulu? Ini menyangkut masa depan Aliya, Yah!" Ucap ku dengan nada lirih. Serasa air mataku keluar tanpa ijin.

"Aliya, dengarkan Ayah. Ayah sadar selama ini tidak bisa menjadi orangtua yang baik untukmu. Tapi kali ini, tolong dengarkan Ayah." Suara Ayah terdengar berat.

Aku tak sanggup mendengar ucapan Ayah lebih jauh. Akhirnya memilih berlari menuju kamar ku di lantai dua. Bu Darmi pun tak ku hiraukan lagi yang terus menatapku cemas.

Menghempaskan tubuh di ranjang, tangisku menggema. Bendungan air mata serasa amblas. Kenapa masalah terus menghampiri ku. Bully an teman-teman di sekolah sebagai gadis Hantu, penglihatan yang seolah selalu membuat takut, Ayah yang tidak perduli, merindukan bunda, serasa penderitaan ku lengkap.

Ku gapai ponsel yang terletak di atas nakas. Mencoba menghubungi sahabat yang selalu ada untukku. Sekedar hanya untuk berkeluh kesah.

Tuuut. Tuuut. Tut...

"Halo, Al." Terdengar suara menyahut, membuat tangisku semakin pecah. "Eh, lu kenapa? Kenapa nangis?" Tanya Raya dengan nada panik.

"Ra, gue di jodohin sama Ayah. Gue di paksa nikah, Ra. Gue harus gimana?" Tanyaku sambil terisak.

"Maksud lo apa? Lo di paksa nikah? Sama siapa?" Tanyanya dengan nada bingung.

"Gue juga gak tau," jawabku sambil mulai menenangkan diri.

"Ya, ampun. Yang sabar, ya. Sekarang lu tenang dulu," ucapnya mencoba menenangkan ku. "Maaf, sekarang gue gak bisa ada buat lu. Karna sekarang gue lagi diluar kota. Ngurus segala keperluan buat masuk kuliah."

"Gak papa, gue ngerti kok," ucap ku.

"Yaudah, sekarang lu tenang. Lu pasti belum sarapan kan? Sekarang lu sarapan abis itu mandi, Ok?" Aku tersenyum mendengar ucapannya. Sifatnya yang keibuan selalu berhasil meluluhkan ku.

"Ya- iya. Gue bakalan sarapan. Kalau gitu udah dulu ya, assalamualaikum!" Setelah Raya menjawab salam sambungan telepon langsung mati.

Beranjak menuju kamar mandi, aku langsung membersihkan diri. Tubuhku kembali terasa segar, setelah sejak pagi menghadapi hal-hal rumit. Beranjak ke dapur, aku berniat untuk sarapan. Kulihat Bu Darmi sedang duduk di meja.

"Bu Darmi sudah sarapan? Kalau belum, sarapan bareng Aliya, ya!" Pinta ku yang hanya di balas anggukan dan senyuman oleh bu Darmi. Selanjutnya kami sarapan dalam hening.

Seminggu terasa cepat berlalu. kulihat kesehatan Ayah semakin memburuk, membuatku tak berani menolak perjodohan itu. Dan besok, kami akan kedatangan tamu. Ya, calon mertua dan calon suami ku.


Bersambung...

Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 2"