Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 5



Genre : Misteri Dan Romance

Sesaat setelah Akad selesai, ku lihat Aliya turun menapaki satu persatu anak tangga. Gaun pengantin putih rapi membalut tubuhnya yang mungil. Dialah isteriku, kekasih halalku. Entahlah, aku menyadari hal tersebut. Tapi, tak ada bahagia di dada. Terus melangkah sambil menunduk. Aku tau apa yang ia rasakan, aku pun sama.

Saat mencium tanganku, dapat kurasakan air matanya menetes, tangannya juga gemetar dan terasa dingin. Kulihat dia menyalami Ayah mertua, Orang Tuaku dan juga Bibinya sambil terus terisak. Entah kenapa, ada rasa perih di dadaku.

Bahkan, saat kami selesai melaksanakan sholat maghrib dia kembali terisak. "Sudah, jangan terus menangis," ucapku seraya menghapus air matanya.

Aku sadar apa yang ia rasakan. Menikah di usia yang masih sangat muda yakni 17 tahun, pasti takkan mudah baginya. Walaupun beberapa bulan lagi usianya akan genap 18 tahun.

Saat aku menyuruhnya bersiap - siap, kulihat dia kebingungan.

"Berangkat? Berangkat kemana, kak.?" Aku tersenyum, mencoba untuk mengerti keadaannya. Saat dia meminta untuk menginap, tiba-tiba ada ide muncul di kepalaku.

"Baiklah, mungkin kita bisa menginap jika kau berhenti menangis." Secepat mungkin ia menghapus air matanya, meskipun masih tergugu. Aku hampir saja tertawa melihat tingkahnya yang lucu dan polos. Menggemaskan.

Setelah selesai makan malam, ku lihat Aliya beranjak menuju kamar. Lelah yang menghinggapi tubuh, membuatku juga beranjak. Saat aku membuka pintu kamar, dia yang tadinya sudah berbaring kembali duduk.

"Boleh aku tidur di samping, mu.?" Sebenarnya, aku juga merasa aneh dengan pertanyaanku. Bukannya dia sudah halal untukku?

Namun saat ku lihat lagi, ekspresi wajahnya berubah. Terlihat tegang. Kulihat tangannya gemetar, dadanya memburu dengan wajah yang pucat. Aku hampir saja tertawa. "Baru begitu saja sudah takut, bagaimana kalau sampai aku... ah" fikirku.

Andai saja tubuhku tak selelah ini, ingin rasanya aku menjahili isteri kecilku ini. Namun akhirnya aku memutuskan tidur di sofa.

Kumandang Azan subuh membangunkanku dari lelap. Aku tersadar ada selimut yang membalut tubuh. "Mungkin Aliya yang menyelimutiku," gumamku.

Saat hendak ke kamar mandi, aku melihat Aliya yang masih sangat pulas. "Lihatlah gaya tidurnya. Tangan membentang dari barat ke timur, rambut yang kusut dan bibir yang sedikit terbuka. Benar-benar seperti anak kecil, menggemaskan." Pikirku sambil tersenyum.

"Al, Aliya. Bangun! Mari kita sholat." Aku menyentuh bahunya, agar ia segera bangun. Tak ada respon, sedikit ku guncang bahunya. "Bangun, sudah subuh." Kembali ku goncang bahunya.

"Eehm... iya, sebentar." Dengan suara parau has tidur ia menjawab. Namun tanpa membuka mata.

1 detik.
2 detik.
5 detik.
8 detik.

"Aaaaaah... hap." Ia berteriak kaget lalu membekap mulutnya sendiri. "Ah. Ka- kak maaf. Aliya kaget, biasanya Aliya hanya sendiri di kamar."

Lagi - lagi aku hampir tertawa melihat tingkah konyolnya. Ya Tuhaaaaaan, benar-benar menggemaskan. Mungkin kedepannya hari - hariku akan penuh dengan hal - hal yang menggemaskan. Hihihi

"Hah, jilbab... jilbab." Dia terlihat panik saat sadar tak menggunakan hijab.

"Sudah, aku sudah liat. Lagian sudah halal," aku menaik turunkan sebelah alis ku sambil tersenyum nakal. Kulihat dia langsung terdiam dan menunduk.

"Ih, kakak. Jangan liatin Aliya kayak gitu. Maluuuu.!" Memasang wajah cemberut sambil tetap menunduk. Lagi-lagi aku ingin tertawa.

"Sudah subuh. Kita sholat dulu," ucapku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kulihat dia masih mematungkan di atas ranjang.


Selesai sarapan, aku dan Aliya pamit kepada Ayah mertuaku. Aliya kembali menangis di pelukan Ayah, seolah berat meninggalkan rumah ini.



Sesaat setelah kami masuk kedalam mobil, kulihat Aliya ketakutan. Menatap kedepan tak berkedip. Tangannya gemetar, nafasnya memburu. Seolah melihat hantu.

"Aliya, kenapa.? Kenapa takut seperti itu.?" Aku menyentuh tangannya. Dan setelahnya dia celingukan masih dengan takut. Seolah ada yang menghilang dari pandangannya.

Ia lalu menggeleng. "Enggak, kak. Aliya gak papa." Ku lihat dia mulai tenang. Akupun langsung melajukan mobil menuju rumah Abah.
#aurora

Bersambung...




Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta – Penawar Mata Part 5"